Minggu, 03 Juni 2012

Al-Qur’an, Kaitannya Dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.

Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq, 96:1-5).

Iqra’ terambil dari kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.

Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.

Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek. Secara umum subyek dituntut peranannya untuk memahami obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa obyek terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang subyek. Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiaap 76 tahun. Pada kasus ini, walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah komet itu dalam memperkenalkan dirinya.

Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajarah tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Qur’an tersebut.


Ilmu

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan ‘arofa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui), dan ma’rifah (pengetahuan).

Menurut pandangan Al-Qur’an seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama, ilmu terdiri dari dua macam. Pertama ‘ilm laduni, seperti diterangkan oleh Al-Qur’an surat al-Kahfi, 18:65.

Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepada ilmu dari sisi Kami”.

Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia dinamai ‘ilm kasbi. Ayat-ayat ‘ilm kasbi jauh lebih banyak dari pada yang berbicara tentang ilmu laduni.

Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Qur’an terdapat hal-hal yang “ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Qur’an, antara lain firman-Nya:

Aku bersumpah dengan yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat”. 
(Q.S. Al-Haqqah, 69:38-39).

Dengan demikian, obyek ilmu meliputi materi dan non materi. Fenomena dan non-fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui manusia pun tidak.

Dia menciptakan apa yang tidak kamu ketahui”. 
(Q.S. Al-Nahl, 16:8).

Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali Allah menegaskan.

Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit”. 
(Q.S. Al-Isra’, 17:85). 


Teknologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

Menelusuri pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk menusia.

Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugrah) dari-Nya”.  
 (Q.S. Al-Jatsiyah, 45:13).

Jadi, dapatkan dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Qur’an. Sebelum menjawab pertanyaan, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.

Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Misalnya uraian Al-Qur’an tentang kejadian alam.

Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?”.  
 (Q.S. Al-Anbiya, 27:30).

Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang (Ledakan Besar) yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika Al-Qur’an berbicara tentang kekuasaan dan kebesaran Allah, serta keharusan beriman kepada-Nya.

Ini berarti sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik.

Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhara yang maknanya bermuara pada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik.

Ketika Al-Qur’an memilih kata sahkara yang arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.

Dan kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini. 

=============@@@=============

Referensi :

Dr. M. Quraish Shihab; Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Mizan, Mei 1992).

Dr. M. Quraish Shihab; Wawasan Al-Qur’an; (Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. (Mizan, Maret 1996).
Sumber gambar dari sini

21 komentar:

  1. iya sob.. banyak peneliti yang menemukan hasil temuannya dan memiliki thesis yang berbeda pula, jika mereka bernaung kajiannya berdasarkan al-quran mungkin thesis para ilmuan itu tidak banyak yang berbeda dan menyimpang, contohnya saja asal usul manusia menurut darwin,, apakah sobat setuju dengannya? lantas bagaimana jika itu kita kaitkan dengan al-quran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe.. soal teori Darwin, banyak para ahli yang sudah menyangkalnya bro... :)

      Hapus
  2. Artikel yang sangat baguss, berbobot dan signifikan nih,,, salam kenal aja, semoga artikelnya bermanfaat,,,aminnn,,,

    BalasHapus
  3. pada dasarnya semua bersumber pada Al-Qur'an yah.. =)

    BalasHapus
  4. apa apa yg sudah menjadi tujuan orang guna bisa selamat dunia dan akhirat, tak lain adalah tuntunan dari Al Quran. Terimakasih tulisanya, sangat bermanfaat sekali buat saya yang sedang mendalami pelajaran agama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama bro.. semoga bermanfaat... segalanya memang telah diatur oleh Al-Qur'an dan Hadits.. maka selayaknya itu yang kita pedomani...

      Hapus
  5. assalamualaikum wr wb.. :)
    hal yang paling saya ingat adalah adanya suatu ayat yang menyatakan bahwa langit iru terdiri dari bermacam2 lapisan.. dan tentang ayat yang menerangkan lapisan dari ari-ari ato pembungkus bayi di dalam perut..

    sungguh bukan sebuah puisi/sajak/ucapan belaka yang dibuat oleh rasullullah.. sungguh bahwa hanya yang Maha Tahu-lah yang memfirmankan seperti itu. .:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul banget sob... ilmu pengetahuan baik dalam bidang pendidikan maupun kedokteran banyak yang digali dan dikembangkan, yang pada dasarnya adalah merupakan keterangan dari Al-Qur'an.. termasuk salah satunya tentang perkembangan bayi dalam perut ibu yang sedang hamil..

      terimakasih sudah berkunjung...

      Hapus
  6. Sebuah tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang berpikir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sob... hanya orang-orang "yang berfikir" yang dapat memahami hal-hal yang tersirat maupun tersurat.. :)

      Hapus
  7. Banyak dapat ilmu disini :)
    Save page yah mas. thanks :D

    BalasHapus
  8. http://www.jceibepotato.com/index.php?idraf=muklisin

    kunjungi dan beli keripik syurga harga dunia mantap dah

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah semoga ilmu ini bermanfaat bagi saya dan begitu juga yang menyebarluaskannya serta penulisnya

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terimakasih Atas Kunjungannya dan silahkan tinggalkan komentar...!!! :)
mohon untuk tidak meninggalkan link aktif....!!