Minggu, 09 Oktober 2011

Posisi Akal dan Nafsu Dalam Islam

PENDAHULUAN
Dalam siklus sebuah penciptaan, Alloh SWT telah meninggikan derajat mahluk yang bernama manusia. Beragam ilmu dan pengetahuan telah Dia benamkan dalam akal manusia. Akal, inilah perantara Tuhan untuk membenamkan ilmu dan pengetahuan, yang nantinya akan dipergunakan sebagai alat bertahan hidup dimuka bumi, yang memang manusia dipersiapkan untuk menjadi khalifahnya, pemimpinnya. Dengan akal, dan ilmu pengetahuan yang terbenam didalamnya manusia mampu melakukan improvisasi dalam rangka menjalankan perannya sebagai pemimpin dimuka bumi. Terlebih, ada banyak kejadian dialam semesta, atau ayat-ayat Kauniyah, yang Alloh berikan sehingga manusia dapat belajar dengan akalnya.

Dan Allah Yang Maha Kuasa pun menganugerahkan manusia sifat yang bernama nafsu, yang dengannya terciptalah hasrat dan semangat untuk membuat hidup ini menjadi dinamis. Sebut saja nafsu makan, nafsu untuk mendapatkan kekayaan, dan kesejahteraan, dan berbagai macam nafsu lainnya. Sebagian orang membahasakan nafsu dengan istilah semangat, hasrat, atau apapun yang mencerminkan pengejawantahan ekspresi dari nafsu itu.

Disinilah yang menarik, manusia mengkombinasikan akal dan nafsunya untuk mepertahankan eksistensinya dimuka bumi. Kedua instrument tersebut pada akhirnya membantu manusia untuk menentukan keputusan-keputusan untuk melanjutan perjalanan hidupnya. Apa itu salah? benar? baik? buruk? hina ? mulia? benci ? cinta? dan semua pilihan-pilihan yang ditemui oleh manusia. Instrument inilah yang mengambil peran untuk menentukan pilihan.

Tantangannya, bagaimaana keduanya bisa berjalan sinergi?. Karena pada kenyataannya nafsu, sebagai salah satu sifat yang Alloh berikan kepada manusia, selalu digunakan oleh Iblis, Setan dan kawan-kawannya, untuk memperdaya manusia. Yang seringkali membuat keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia didominasi oleh nafsu yg dikuasai setan. Keputusan yang di provokatori oleh setan itu cenderung melalaikan hakikat khalifah dimuka bumi, melalaikan sebuah siklus “kehidupan” dikampung akhirat, melalaikan dari pengharapan ridho Illahi dalam setiap penjalanan aktifitas.

Kemudian Alloh mengutus Nabi dan Rasul, yang bersamanya dititipkan Firman-firman Tuhan, ayat-ayat Illahiah, aturan main bagi manusia, pedoman dasar bagi manusia dalam menjalani perannya sebagai khalifah. Sebuah aturan main yang menjelaskan hal-hal yg harus dilakukan, dan juga hal-hal yang harus dihindari, tidak boleh disentuh sama sekali. Disini juga dijelaskan bagimana Iblis, setan dkk menjadi musuh manusia yang paling utama. Serta diajarkan juga bagaimana caranya mengekang hawa nafsu, dan mengoptimalkan kerja akal.

Peran Nabi dan Rasul membantu manusia untuk dapat memahami pedoman dasar ini. Jadi ketika manusia berinteraksi dengan fenomena di alam semesta/ayat-ayat kauniyah dan melakukan improvisasi dalam mengambil keputusan untuk kehidupannya mereka menjadi kan Ayat-Ayat Illahiah ini sebagai landasan utamanya. Sehingga walaupun keputusan yang diambil merupakaan hasil improvisasi akal, namun Insya Alloh dapat menghadirkan Ridho Illahi, karena masih berlandaskan Ayat-ayat Illahiah.

Hidup ini ibarat kita mngendarai sebuah mobil, dengan akal fikiran, dan juga semangat yang ditularkan oleh nafsu, kita dapat berkendara kemana saja. Ayat-ayat Illahiah ibarat buku pedoman berkendaraan yang dilengkapi peta petunjuk arah perjalanan, alat GPS, sebagai petunjuk arah yg kita prioritaskan untuk dicapai, sehingga manusia aman, dan nyaman dalam berkendara. Yang nantinya kendaraan kita tiba di wilayah-wilayah yang dapat menghadirkan Ridho Illahi, dan juga kebahagian dunia dan akhirat.


AYAT-AYAT TENTANG POSISI AKAL DAN NAFSU
Surat Ali Imron ayat 190-191
Yang Artinya:
Ayat 190 : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Ayat 191 :  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Surat Shaad ayat 26
Yang Artinya : Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan.

Surat Al-Mu’minun ayat 71
Yang Artinya : Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami Telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.


ASBABUN NUZUL QS. ALI IMRAN AYAT 190-191
DAN TAFSIR AYAT
Menurut riwayat Abu Ishak al-muqariy, Abdullah bin Hamid, Ahmad bin Muhammad bin Yahya Al-Abidiy dan seterusnya, bahwa orang Quraisy Yahudi berkata; apakah ayat-ayat yang telah dibawa oleh Musa? Mereka menjawab: tongkat dan tangannya putih bagi orang yang melihatnya. Selanjutnya mereka datang kepada orang-orang Nasrani dan berkata: bagaimanakah dengan yang dibawa oleh Isa terhadapmu? Mereka menjawab: menyembuhkan orang yang lepra dan penyakit kulit serta menghidupkan orang mati. Kemudian mereka datang kepada Nabi dan berkata: Coba engkau ubah bukit Shafa ini menjadi emas untuk kami, maka turunlah ayat 190-191 dalam surat Ali Imran tersebut.

Pada ayat tersebut terlihat bahwa orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat Allah, dan tafakkur, yaitu memikirkan ciptaan Allah. Sementara Imam Abi Al-Fida Isma’il mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang yang berakal (ulu albab) yaitu orang-orang yang akalnya sempurna dan bersih yang dengannya dapat ditemukan berbagai keistimewaan dan kagungan mengenai sesuatu, tidak seperti orang yang buta dan gagu yang tidak dapat berpikir.

Dengan melakukan dua hal tersebut ia sampai kepada hikmah yang berada di balik proses mengingat (tazakkur) dan berpikir (tafakkur), yiatu mengetahui, memahami dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya menunjukkan adanya Sang Pencipta, Allah SWT. Muhammad Abduh mengatakan bahwa dengan merenungkan penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan tentang ke-Esaan Allah, yaitu adanya aturan yang dibuat-Nya serta karunia dan berbagai manfaat yang terdapat di dalamnya. Hal ini memperlihatkan kepada fungsi akal sebagai alat untuk mengingat dan berpikir.

Selanjutnya melalui pemahaman yang dilakukan para mufassir terhadap ayat-ayat tersebut di atas akan dapat dijumpai peran dan fungsi  akal tersebut secara lebih luas lagi. Obyek-obyek yang dipikirkan akal dalam ayat tersebut adalah al-khalq yang berarti batasan dan ketentuan yang menunjukkan adanya keteraturan dan ketelitian: al-samawat yaitu segala sesuatu yang ada di atas kita dan terlihat dengan mata kepala; al-ardl yaitu tempat dimana kehidupan berlangsung di atasnya; ikhtilaf al-lail wa al-nabar artinya pergantian siang dan malam secara beraturan; al-ayat artinya dalil-dalil yang menunjukkan adanya Allah dan kekuasaan-Nya. Semua itu menjadi obyek atau sasaran dimana akal memikirkan dan mengingatnya.

Tegasnya bahwa di dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan dan keistimewaan penciptaanya, serta adanya pergantian siang dan malam serta berjalannya waktu detik per-detik sepanjang tahun, yang pengaruhnya tampak pada perubahan fisik dan kecerdasan yang disebabkan pengaruh panasnya matahari dan dinginnya amalm, serta pengaruhnya pada binatang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya adalah menunjukkan bukti keesaan Allah dan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan-Nya.

Kajian terhadap istilah akal pada dasarnya merupakan pengaruh dari pemikiran filsafat Yunani, yang banyak menggunakan akal pikiran. Seluruh pengertian tentang akal adalah menunjukkan adanya potensi yang dimiliki oleh akal itu sendiri, yaitu selain berfungsi sebagai alat untuk mengingat, memahami, mengerti, juga menahan, mengikat dan mengendalikan hawa nafsu. Melalui proses memahami dan mengerti secara mendalam terhadap segala ciptaan Allah sebagaimana dikemukakan pada ayat tersebut di atas, manusia selain akan menemukan berbagai temuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, juga akan membawa dirinya dekat dengan Allah. Dan melalui proses menahan, mengikat dan mengendalikan hawa nafsunya membawa manusia selalu berada di jalan yang benar, jauh dari kesesatan dan kebinasaan.

Berdasarkan informasi yang dijumpai pada ayat-ayat tersebut juga dapatlah diketahui bahwa nafsu adalah termasuk salah satu potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia yang cenderung kepada hal-hal yang bersifat merusak, menyesatkan, menyengsarakan, dan menghinakan bagi orang yang mengikutinya. Atas dasar itu, maka manusia diperingatkan agar berhati-hati untuk tidak terpedaya mengikutinya, karena bukan hanya membahayakan orang yang melakukannya, malainkan juga orang lain.

Salah satu hal penting berkenaan dengan hawa nafsu sebagaimana diuraikan di atas, adalah bahwa hawa nafsu cenderung membawa manusia berbuat menyimpang dari kebenaran. Karenanya hawa nafsu sering dipertentangkan dengan kebenaran.


HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN
Implikasi kependidikan dari pemahaman terhadap uraian di atas adalah bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang harus mempertimbangkan potensi akal. Pendidikan harus membina, mengarahkan dan mengembangkan potensi akal pikirannya sehingga ia terampil dalam memecahkan berbagai masalah, diisi dengan berbagai konsep-konsep dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki pemahaman tentang yang baik dan benar. Berbagai materi pendidikan yang terdapat dalam kurikulum harus memuat mata pelajaran yang bertujuan membina akal tersebut. Demikian pula metode dan pendekatan yang merangsang akal pikiran harus dipergunakan. Fenomena alam raya dengan segala isinya dapat digunakan untuk melatih akal agar mampu merenung dan menangkap pesan ajaran yang terdapat di dalamnya. Dengan akal yang dibina dan diarahkan seperti itu, maka ia diharapkan dapat terampil dan kokoh dalam menghalangi berbagai pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh hawa nafsu.

Seiring dengan itu pula pendidikan harus mengarahkan dan mengingatkan manusia agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merangsang dorongan hawa nafsu, seperti berpakaian mini yang membuka aurat, berjudi, minum-minuman keras, narkoba, pergaulan bebas dan sebagainya. Pendidikan Islam harus menekankan larangan terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat mengundang nafsu syahwat tersebut. Diketahui bahwa dengan berpakaian mini, membuka aurat atau ketat akan mengundang dorongan birahi seksual bagi orang yang melihatnya sehingga terjadilah pemerkosaan. Demikian pula narkoba dapat menyebabkan manusia lupa diri, lepas kontrol dan dengan mudah melakukan pelanggaran tanpa rasa malu. Selanjutnya pergaulan bebas akan membuat peluang seseorang melakukan perzinahan. Demikian pula berjudi menyebabkan orang tidak puas, ingin terus menang jika ia menang, dan terus berjuang jika ia kalah dalam judinya sampai ia sengsara.

Materi pendidikan yang dapat meredam gejolak hawa nafsu itu adalah pendidikan akhlak dan budi pekerti yang mulia, yaitu budi pekerti dan akhlak yang sifatnya bukan hanya pengetahuan, tetapi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Orang yang telah terbina akalnya dan telah terkendalikan bawa nafsunya dengan pendidikan sebagaimana tersebut di atas, maka ia akan menjadi orang yang tangguh mentalnya, tahan uji dalam hidup, tidak mudah terjerumus dan siap menghadapi ujian hidup. Berbagai kesulitan dan problema yang diterima oleh orang yang telah kuat jiwanya ini akan dihadapinya dengan jiwa yang tenang. Ia tidak lekas cepat kehilangan keseimbangan, karena dengan akal pikirannya ia menemukan berbagai rahasia dan hikmah yang terdapat di balik ujian dan kesulitan yang dihadapinya. Baginya kesulitan dan tantangan bukan dianggap sebagai beban yang membuat dirinya lari darinya, melainkan dihadapinya dengan tenang, dan mengubahnya menjadi peluang, rahmat dan kemenangan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa kajian terhadap akal dan hawa nafsu secara utuh, komprehensif dan benar merupakan masukan yang amat penting bagi perumusan konsep pendidikan dalam Islam.


KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat Allah, dan tafakkur, yaitu memikirkan ciptaan Allah.

Seluruh pengertian tentang akal adalah menunjukkan bahwa adanya potensi yang dimiliki oleh akal itu sendiri, yaitu selain berfungsi sebagai alat untuk mengingat, memahami, mengerti, juga menahan, mengikat dan mengendalikan hawa nafsu. Melalui proses memahami dan mengerti secara mendalam terhadap segala ciptaan Allah, manusia selain akan menemukan berbagai temuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, juga akan membawa dirinya dekat dengan Allah. Dan melalui proses menahan, mengikat dan mengendalikan hawa nafsunya membawa manusia selalu berada di jalan yang benar, jauh dari kesesatan dan kebinasaan.

Nafsu juga termasuk salah satu potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia yang cenderung kepada hal-hal yang bersifat merusak, menyesatkan, menyengsarakan, dan menghinakan bagi orang yang mengikutinya. Atas dasar itu, maka manusia diperingatkan agar berhati-hati.

Implikasi tentang posisi akal dan nafsu terhadap bidang pendidikan adalah bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang harus mempertimbangkan potensi akal. Pendidikan harus membina, mengarahkan dan mengembangkan potensi akal pikirannya sehingga ia terampil dalam memecahkan berbagai masalah, diisi dengan berbagai konsep-konsep dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki pemahaman tentang yang baik dan benar. Berbagai materi pendidikan yang terdapat dalam kurikulum harus memuat mata pelajaran yang bertujuan membina akal tersebut. Demikian pula metode dan pendekatan yang merangsang akal pikiran harus dipergunakan.


------------{***@----@***}------------

Referensi : 

Abuddin Nata. (2008). Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 
Wahab, dkk. (2008). Bahan Ajar Tafsir Ayat Tarbawi. Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.
Sumber gambar:http://petunjuk-nur-illahi.blogspot.com/2007/01/nafsu-yang-degil.html

6 komentar:

  1. Artikel yang menarik :)
    terimakasih sudah share kang :D

    dan kayaknya saya harus lebih banyak memperbaiki diri >,<

    BalasHapus
  2. makasih kang atas pencerahannya,love,peace and gaul.

    BalasHapus
  3. Kang Uchank..>> yup, saya juga masih banyak yang harus diperbaiki,, semoga kita selalu diberikan kemudahan untuk memperbaiki semuanya... :D thanks udah mau berkunjung... :)

    Bang Suryadinilan,, sama2 bang, salam silaturrahmi... :)

    BalasHapus
  4. ILMU YANG KITA CARI HARUS MENDEKATKAN KITA KEPADA ALLAH SWT.

    BalasHapus
  5. KEBANYAKAN MAHASISWA BANYAK YANG KULIAH UNTUK MENGGURKAN KEWAJIBANNYA SEBAGAI MAHASISWA SEHINGGA KULIAH MEREKA HANYA UNTUK MENDAPATKAN GELAR DAN IZAZAH, SEHINGA HASILNYA ILMU YANG DIDAPAT KURANG MEMUASKAN.

    BalasHapus

Terimakasih Atas Kunjungannya dan silahkan tinggalkan komentar...!!! :)
mohon untuk tidak meninggalkan link aktif....!!