Senin, 04 Juli 2011

Sejarah Singkat Provinsi Jambi



Postingan ini terinspirasi dari perjalanan Study Tour Adat dan Budaya Jambi yang dilaksanakan sekitar bulan Juni 2009, semoga postingan ini dapat sedikit membantu khususnya bagi para pemuda Jambi yang ingin tau tentang sejarah Jambi



Fose Bersama di Komplek Candi Muaro Jambi (diriku yang lagi bawa megaphone tentunya hehe....)

Menelusuri Sejarah Provinsi Jambi berdasarkan keterangan yang saya dapatkan dari perjalanan Study Tour Adat dan Budaya Jambi yang dilaksanakan dari tanggal 20-23 Juni 2009 dan menempuh rute mulai dari Angso Duo kemudian menuju Candi Muaro Jambi diteruskan ke Pemakaman Orang Kayo Hitam dan kemudian dilanjutkan ke Pulau Berhala. 
Berdasarkan keterangan yang saya dapatkan dari Nara Sumber, diceritakan bahwa pada Abad ke 7 sampai abad ke 13 kita tahu bahwa Indonesia Khususnya Jambi berada pada masa kejayaan agama Hindu dan Budha. Banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang melambangkan bahwa pada abad-abad tersebut agama Hindu dan Budha telah lebih dulu berkuasa di Jambi. Salah satu peninggalan bersejarahnya yang ada di Jambi yaitu Candi Muaro Jambi. Candi Muaro Jambi merupakan kawasan situs percandian terluas di Indonesia yang luasnya mencapai 12 KM persegi. Komplek Percandian ini pertama kali ditemukan oleh tentara Inggris bernama SC Crooke pada 1820, ketika ditugasi memetakan Sungai Batanghari. Candi Muaro Jambi sebagai situs purbakala paling luas memiliki 80-an candi, dan sembilan candi besar yaitu Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, candi Gedong satu dan Gedong dua, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Telago Rajo, Candi Kembar Batu dan Candi Astano.
Kemudian selanjutnya pada awal Abad ke 14 ada seorang bangsawan Turki dan anggotanya yang berlayar hingga akhirnya berlabuh disebuah pulau yang disebut Pulau Berhalo. Bangsawan tersebut bernama Ahmad Barus II yang kemudian dikenal dengan nama Datuk Paduko Berhalo. Disanalah beliau mulai mendirikan sebuah kerajaan yang berlandaskan Islam yang merupakan cikal bakal penyebaran agama Islam di Jambi. Datuk Paduko Berhalo kemudian menikah dengan seorang putri dari Minang Kabau yang bernama Putri Selaras Pinang Masak dan dianugrahi 4 orang anak sebelum akhirnya meninggal dan dimakamkan di Pulau Berhala. Adapun anak-anaknya yaitu: Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Kedataran, Orang Kayo Hitam dan Orang Kayo Gemuk. Dan yang paling terkenal diantara mereka adalah Orang Kayo Hitam dengan pusakanya yaitu Keris Siginjai, menurut keterangan juga bahwa Sulthan Thaha Saifuddin adalah merupakan keturunan terakhir dari Datuk Paduka Berhala.
Berdasarkan keterangan nara sumber, Orang Kayo Hitam Menikah dengan putri Tumenggung Merah Mato yang bernama Putri Mayang Mangurai. Dan pada saat itu Orang Kayo Hitam berniat untuk meluaskan wilayah hingga ke pedalaman dan jika ada tuah ingin membangun sebuah kerajaan baru. Sebelum berangkat oleh Temenggung Merah Mato, anak dan menantunya itu diberilah sepasang Angsa serta Perahu Kajang Lako. Kepada anak dan menantunya tersebut dipesankan agar mengikuti aliran Sungai Batanghari untuk mencari tempat guna mendirikan kerajaan yang baru itu, dan tempat yang akan dipilih sebagai tapak kerajaan baru nanti haruslah tempat dimana sepasang Angsa bawaan tadi mau naik ke tebing dan mampir di tempat tersebut selama dua hari dua malam. Setelah beberapa hari menghiliri Sungai Batanghari kedua Angsa naik ke darat di sebelah hilir kampung Tenadang namanya pada waktu itu. Dan sesuai dengan amanah mertuanya maka Orang Kayo Hitam dan istrinya Putri Mayang Mangurai beserta pengikutnya mulailah membangun kerajaan baru yang kemudian disebut “Tanah Pilih”, dijadikan sebagai pusat pemerintahan kerajaannya (Kota Jambi) sekarang ini, dan salah satu tempat yang terkenal saat ini yaitu Pasar Angso Duo.  
Kemudian selanjutnya Orang Kayo Hitam meninggal dan dimakamkan di daerah Kecamatan Berbak saat ini, di komplek pemakaman Orang Kayo Hitam disana ada 4 makam yaitu makam yang paling panjang adalah makam Orang Kayo Hitam sendiri dan disampingnya yaitu makam Istrinya kemudian disampingnya lagi yaitu makam sepupunya Orang Kayo Hitam dan yang paling ujung adalah makam Kucing/Harimaunya. 
Adapun Keris Siginjai yang merupakan Pusaka Orang Kayo Hitam dan lambang kota Jambi saat ini berada di Musium Nasional (Gedung Gajah) di Batavia (Jakarta). 
Demikianlah sejarah singkat Provinsi Jambi atau kerajaan Melayu Jambi yang tidak terlepas dari peran Datuk Paduko Berhalo dan Keturunannya yang telah berhasil menyebarluaskan agama Islam di Provinsi Jambi yang semula menganut ajaran Hindu dan Budha. Semoga anak-anak muda Jambi bisa lebih mengenal sejarahnya sendiri.

Catatan :  Nara Sumber dalam postingan ini adalah  (Guide di Candi Muaro Jambi, Kepala Desa di Pulau Berhala, dan Para Tuo Tengganai di Pulau Berhala).. syukron katsiron..... :) 

5 komentar:

  1. berarti orang jambi dan orang minangkabau masih ada hubungan kekerabatan juga ya kang....

    BalasHapus
  2. ya kalau merujuk pada sejarah di atas si kayaknya begitu mas hehe.... saya sendiri ya notabenenya sebenarnya bukan orang jambi, hanya saja tau sedikit-sedikit karena saya pernah mengikuti acara tersebut....

    BalasHapus
  3. tulisan yang menarik tentang sejarah Jambi :D, ditunggu tulisan berikutnya Mas ... kunjung balik yach

    BalasHapus
  4. Kalau datuk berhalo menyebarkan islam,knpa dipanggil "datuk berhalo" ya? berhalo = berhala?

    BalasHapus

Terimakasih Atas Kunjungannya dan silahkan tinggalkan komentar...!!! :)
mohon untuk tidak meninggalkan link aktif....!!