Senin, 22 April 2013

Hakikat Guru

guru-4Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru merupakan orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.

Guru adalah orang yang sangat berperan penting dalam keseluruhan proses pembelajaran di kelas. Guru banyak sekali diharapkan oleh siswa. Siswa akan merasa puas bila guru dapat memenuhi harapannya, sebaliknya siswa akan merasa kecewa bila guru mengabaikannya. (Priambodo, 2001: 31).

Menurut Gagne dan Berliner dalam Bafadhal bahwa ada tiga tugas-tugas guru dalam pembelajaran, yaitu:

Pertama merencanakan pengajaran berarti merencanakan suatu sistem pengajaran. Kedua, tugas mengajar di kelas, tugas guru ini merujuk pada bagaimana seorang guru menciptakan suatu sistem pengajaran yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Ketiga, tugas menilai, merujuk bagaimana guru menilai keberhasilan proses pembelajaran yang telah dikelolanya. (Bafadhal, 1992: 31-32).

Untuk menciptakan sumber daya manusia (siswa) yang berkualitas, guru di Indonesia dituntu untuk menjadi sosok yang ideal. Masyarakat mengharapkan agar guru menjadi sosok yang dapat ditiru. Guru juga merupakan salah satu dari tiga tokoh yang harus dijunjung tinggi. Di samping itu, supaya menjadi panutan, guru harus senantiasa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta harus senantiasa mendapat pelatihan. Untuk itu, menurut Hartilar ada beberapa peran guru yang ideal:

Peranan guru yang ideal, yaitu berkualifikasi pendidikan yang menodai (sesuai dengan junjung pendidikan dimana guru mengajar), mempunyai visi dan misi sebagai guru, mampu mentransfer ilmunya kepada peserta didik, mampu merubah sikap atau mempengaruhi dan memotivasi peserta didik, sesuai dengan bidang atau kompetensinya, mampu menguasai kelas, menguasai materi pelajaran, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, berwawasan luas, berkomunikasi dengan baik (bahasa baku, suara, logat, dan ekspresi yang tepat), human relation yang tepat (supel), sehat jasmani dan rohani, bermoral, berbudi pekerti yang luhur, bertanggung jawab, disiplin, berdedikasi tinggi, berwibawa, berjiwa besar, berjiwa sosial, jujur, adil, arif (bijaksana), dapat dipercaya, percaya diri, tegas, sabar, ramah, kreatif, inovatif, optimistis, mandiri, demokratis, humoris, disenangi peserta didik, berprikemanusiaan, mampu bekerja sama dengan baik, mempunyai prakarsa, bernampilan menarik (pakaian, rambut, make up, serta gerak-gerik), dan menjadi suri tauladan bagi peserta didik. (Tillar, 2004: 1).

Berdasarkan teori dan sintesis yang dikemukakan, maka dapat ditarik dimensi profesionalitas guru meliputi komitmen/konsistensi, tanggung jawab, keterbukaan, orientasi reward/punishment dan kemampuan kreativitas. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Konsistensi indikatornya komitmen terhadap karir, pekerjaan dan konsisten pada setiap orang.
  2. Tanggung jawab indikatornya tanggung jawab pada pekerjaan, karier, berorientasi terhadap pelayanan pelanggan, bekerja sesuai prioritas, tanggung jawab sosial, modal dan keilmuan.
  3. Keterbukaan indikatornya orientasi terhadap dunia luar dan terbuka terhadap ide-ide baru.
  4. Orientasi reward/punishment indikatornya memiliki kepastian upah/gaji, memiliki status yang jelas, orientasi prestise, menghargai/memiliki kode etik.
  5. Kemampuan/kreatifitas indikatornya mampu berprilaku pamong, bekerja sama dalam masyarakat, diskusi tentang strategi baru, memecahkan masalah, mengajar, menganalisa data, meningkatkan strategi, mengembangkan norma kolaborasi, pengendalian resiko, mampu menghadapi sikap manusia yang berbeda, saling mendorong, memiliki keahlian khusus dan memiliki kompetensi. (Priambodo, 2004: 26).

Seorang guru sebagai perencana belajar diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar secara dasar dalam merancang kegiatan belajar-mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya.

Interaksi guru dalam pembelajaran hendaknya dilakukan secara efektif. Efektifitas ini ditentukan oleh penyampaian guru dalam mengajar yang tidak bertele-tele atau terfokus pada suatu bahasan tertentu. Efektifitas tersebut tentunya sangat ditentukan oleh penguasaan materi yang disampaikan guru. Mengajar yang tidak bertele-tele akan terjadi jika guru benar-benar memahami prinsip efektifitas dalam mengajar. Menurut Sahertian ada beberapa ciri-ciri guru efektif dalam mengajar yaitu:

  • Memiliki kemampuan untuk tetap melaksanakan self control dalam menghadapi tantangan dan konflik.
  • Memiliki kebiasaan sabar, tenang dan sopan santun dalam hubungan dengan siswa.
  • Selalu bersifat konstruktif dan membenarkan dan memberikan ulasan dan cara berbicara.
  • Penuh antusias terhadap siswa dalam mengajar.
  • Memiliki cukup kemampuan untuk mengendalikan diri (self restaint) kebolehan anak untuk memecahkan masalah mereka.
  • Memiliki kesederhanaan dalam mendayagunakan kesempatan untuk mengajar.
  • Berhati-hati dalam membuat perencanaan bersama murid-murid dana membimbing mereka mencapai apa yang harus dilakukan.
  • Memiliki keterampilan dalam mengarahkan siswa untuk menilai pekerjaan mereka.
  • Menarik minat siswa terhadap siswa-siswa secara pribadi.

Kemudian ada beberapa ciri-ciri guru yang kurang efektif dalam mengajar adalah.

  1. Menampilkan ketidak cakapan dalam menghadapi tantangan di kelas, mudah terganggu.
  2. Tidak mampu meletakkan hubungan yang baik dengan para siswa.
  3. Kasar dan tidak mampu sewenang – wenang terhadap siswa
  4. Mengganggu, menggoda, kurang yakin dan tidak mempunyai minat dan kurang antusias.
  5. Langsung menjatuhkan dan menetapkan berbagai persyaratan terhadap murid dan bahwa siswa juga punya aktivitas.
  6. Tidak menyadari bahwa proses pembelajaran penuh dengan vitalitas yang harus dimanfaatkan.
  7. Mengharapkan murid mengetahui apa yang dikerjakan dan kelibatan status bila dihadapkan pada berbagai kegiatan.
  8. Gagal dalam menolong siswa untuk menetapkan standar bagi mereka sendiri.
  9. Hanya menaruh minat pada kemajuan seorang saja, misalnya satu anak yang pandai saja. (Sahertian, 1992 : 14 – 15).

Untuk itu, suatu strategi pembelajaran terdiri dari komponen-komponen umum dari sejumlah bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan belajar tertentu posa siswa, untuk itu ada lima komponen umum dari strategi pembelajaran sebagai berikut:

  • Kegiatan pra pembelajaran
  • Penyajian informasi
  • Partisipasi siswa
  • Tes
  • Tindak lanjut. (Mukhtar, 2004: 89)

Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan dari berbagai sumber serta media belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan guru dengan efektif pula mengajar.

================================@@@=============================

Sumber gambar dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Atas Kunjungannya dan silahkan tinggalkan komentar...!!! :)
mohon untuk tidak meninggalkan link aktif....!!