Temen-temen sekalian, ada banyak hal yang sering saya amati
dalam berbagai dimensi ruang kehidupan kita,
sebagai bahan untuk sekedar merenung atau hanya sebagai ke-isengan
belaka. Diantara sekian banyak hal-hal yang kita lihat, kita dengar dan kita
rasakan, tentunya sering kali mengundang kita untuk beropini dan berprasangka
meskipun pada kenyataannya itu semua mungkin jauh dari kenyataan yang
sebenarnya atau bahkan sebaliknya. #garuk-garuk kepala...
Hal yang sering saya perhatikan dari orang-orang yang ada di
sekeliling saya, baik itu teman sepergaulan atau teman semasa kuliah dulu
adalah kesejajaran antara nilai kognitif dengan nilai afektif. Nahh loh..:),,,
temen-temen tentunya pada tahu apa yang dimaksud kognitif dan afektif, yuppp
kalau kognitif itu adalah nilai kecerdasan kita untuk berpikir, sedangkan
afektif itu adalah nilai kecerdasan kita untuk bertingkah-laku di tengah-tengah
masyarakat, singkatnya adalah kecerdasan otak versus sikap yang pada dasarnya
haruslah mendapat porsi yang seimbang.
Dalam dunia pendidikan sebenarnya 2 istilah ini, ehhh 3
deng, kan dalam dunia pendidikan ada satu lagi yaa yang dinamakan psikomotorik
(skill/keterampilan), merupakan istilah-istilah yang tidak asing lagi, karena
tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah untuk mengembangkan tiga aspek
tersebut. Namun sesuai dengan judul yang terpampang di atas, kali ini saya
hanya akan membahas dua hal saja yaitu kognitif dan afektif.
Dua aspek ini perlu kita pikirkan secara baik-baik
sobat...!!,, bayangkan saja jika kedua hal ini tidak mendapatkan porsi yang
seimbang, apa tanggapan orang-orang yang ada di sekeliling kita coba..???. Perlu di ingat, setelah kita lulus menempuh
pendidikan hingga mencapai gelar sarjana bahkan “Prof.Dr.H.Fir’aun,M.Sc” umpamanya,
yang pada akhirnya harus terjun mengabdi di tengah-tengah masyarakat, dan untuk
bisa diterima di tengah-tengah masyarakat dengan baik, intelektualitas kita
yang tinggi saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan sikap kita yang baik pula.!
Jadi pada intinya, ketika kita merasa bahwa kecerdasan
intelektualitas kita merasa lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain, tidak
seharusnya itu menjadikan diri kita sombong dan menganggap rendah orang lain
karena itu adalah sikap yang akan merugikan diri kita sendiri. Menurut saya
pribadi ketika kita bergaul di elemen-elemen masyarakat apapun, maka sikaplah
yang harus dikedepankan, atau lebih baik lagi kalau kita bisa menyeimbangkan antara
kognitif dan afektif tersebut.
Mungkin kita sering juga melihat orang-orang yang notabene dianggap kecerdasan dan intelektualitasnya di atas kita, namun dimanapun dia bekerja selalu berakhir dengan masalah atau berhenti bekerja dengan meninggalkan masalah. Atau contoh lain misalnya orang-orang yang bekerja di Instansi Pemerintahan yang berisi orang-orang yang berintelektualitas tinggi, namun pada kenyataannya tidak memberikan contoh sikap-sikap yang baik terhadap masyarakat dari sebagian anggotanya, hmmmm sungguh TERLALU...!!! hehehe...
#paragraf ini merupakan auto kritik buat para Anggota Dewan yang terhormat... :D
Ampuun... pak de....!! |
Yupss... itu aja dulu dech... semoga kecerdasan
yang kita miliki semakin menjadikan kita mawas diri bahwa “diatas langit masih
ada langit”. Jika Harimau mati meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan
gading, maka Manusia mati akan meninggalkan nama... “nama baik atau nama buruk”
terserah kita yang memilihnya..!
Saya nulis begini bukan berarti saya merasa bahwa kognitif dan afektif saya sudah seimbang dan berhak menggurui orang lain,, sama sekali tidak kawan..!! hanya saja saya sedang berusaha untuk menyeimbangkan porsi keduanya, dan tulisan ini sebagai renungan ataupun motivasi untuk diri saya sendiri.. :)
Saya nulis begini bukan berarti saya merasa bahwa kognitif dan afektif saya sudah seimbang dan berhak menggurui orang lain,, sama sekali tidak kawan..!! hanya saja saya sedang berusaha untuk menyeimbangkan porsi keduanya, dan tulisan ini sebagai renungan ataupun motivasi untuk diri saya sendiri.. :)
=================@@@==================
Bener juga ya, wah Kang Harjo berkesempatan menjadi anggota Dewan nih, cocok banget! :)
BalasHapushahahaa... ane belum minat jadi Anggota Dewan bro... :)
HapusPERTAMAX GAGAL DIAMANKAN! :(
BalasHapussebenarnya kecerdasa itu ada 3 (menurut yang saya baca di beberapa artikel) IQ=Intellectual Quotient, EQ=Emotional Quotient, SQ=Spiritual Quotient.
BalasHapusnah kalau anggota dewan yang kelakuannya seperti itu, biasanya EQ dan SQnya kurang. EQ anggota dewan yang kurang bisa dilihat pada anggota dewan yang pada saat rapat ngomongnya emosian dan gak sabaran. SQ bisa dilihat dari anggota dewan yang saat rapat malah nonton video porno atau kasus perselingkuhan yang fotonya beredar di dunia maya.
wahhh komennya Mbak Annisa Ratu melengkapi tulisan saya di atas hehehe... terimakasih banyak mbak...
Hapusentah kenapa saya jadi teringat kembali masa2 SMP ketika dua kata ini diperdengarkan lagi.. :)
BalasHapusmungkin karena waktu kita sekolah dulu sering banget dengar istilah, kognitif, afektif sama psikomotorik ini kali ya... :)
Hapuskunjungan gan,bagi - bagi motivasi
BalasHapusHal mudah akan terasa sulit jika yg pertama dipikirkan adalah kata SULIT. Yakinlah bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan.
ditunggu kunjungan baliknya yaa :)
Berarti benar-benar harus diseimbangkan :)
BalasHapusSelalu saja dapat motivasi segar di tempat ini kang.
Jangan bosan-bosan yeeh didatengin sy.hha
tentunya sob...
Hapusmakasih hehe.. semoga bermanfaat...
tentunya tidak akan bosan... ditunggu selalu hehe...
benar-benar harus seimbang untuk keduanya. inspiratif kang ;)
BalasHapusmemang harus... hehe makasih bro... :)
HapusKecerdasan Intelektual dan sikap memang betul2 harus diseimbangkan....
BalasHapussetujuuu... memang harus seimbang...
HapusTapi terkadang nilai afektif lah yang menentukan kehidupan dan masa depan si siswa tadi..
BalasHapusbetul sob... di dalam realitas kehidupan.. nilai afektif terkadang memang lebih penting...
Hapus